Kalau Anda membaca judul tulisan ini, mungkin nyeleneh atau mangkel, mosok wong ora waras diwenehi banderol koyo regone kelambi.
Cerita
ini saya angkat dari kisah nyata salah satu teman saya. Teman saya ini adalah
seorang “pencinta orang gila”. Di mana pun ia bertemu orang gila, ia
selalu memburu orang gila itu dan apa yang ada di tangannya selalu dikasihkan
atau mencari sesuatu untuk diberikan ke orang gila itu. Teman saya ini tidak
pernah memberi uang kepada orang gila, karena tentu saja mereka tidak
butuh uang. Mereka sudah terlalu kaya dengan uang. Mereka cuma butuh untuk
mengganjal perutnya. Setidaknya itulah yang saya pahami dari teman saya ini.
Pagi-pagi
buta ini, saya bermain ke rumah teman saya ini dan ia bercerita tentang
salah satu orang gila yang dia banderol dengan harga Rp12 juta. Saya pun agak mangkel orang
gila kok diberi banderol harga. Meskipun mereka gila, mereka juga manusia dan
ciptaan Tuhan yang sama. Saya pun bertanya penasaran maksudnya bagaimana.
Ia
bercerita, semalam ketika ia muter-muter kota untuk mencarikan aneka
makanan untuk istrinya yang sedang ngidam STMJ (susu telor madu jahe), ia
berpapasan dengan orang gila yang tampak nyentrik. Sebelumnya, ia muter-muter
dari warung nasi hingga fast food restaurant. Istrinya yang menginginkan
martabak dan terang bulan selain STMJ, anaknya yang kebetulan ikut dan ingin
makan ayam kentucky dan juga ingin membeli bunga gantung untuk tugas
sekolahnya.
Setelah
semua makanan incaran masing-masing terpenuhi, incaran terakhir yaitu STMJ ini
sungguh agak sulit didapat. Beberapa warung langganan tutup, akhirnya ke warung
langganan terakhir dan di sinilah ia bertemu dengan orang gila nyentrik itu.
Ia
memarkir kendaraannya, lalu turun ke warung STMJ itu dan memesan 2 bungkus STMJ
untuk dibawa pulang. Kebetulan, warung itu sangat ramai, ada 2 atau 3 orang
yang sama ngantre. Ia pun agak menjauh dari antrean itu karena bau asap rokok
yang ia tidak suka. Kebetulan teman saya ini tidak merokok seperti saya. Ia
berdiri di pinggiran trotoar sambil mengantre STMJ yang sedang diracik oleh
sang penjual. Sambil mencet-mencet HP memeriksa kerjaan yang mungkin masuk,
tiba-tiba, ada seorang lelaki berbadan gelap dan dekil, rambutnya yang
tampak keriting dengan tinggi badan yang kurang lebih separuh dari
tinggi badan teman saya ini.
Ia
agak terkejut dan memerhatikan orang gila ini. Ia memerhatikan terus jalannya,
hingga orang gila ini melewatinya. Ia perhatikan lagi, tampak bokong orang gila
ini yang kebetulan tidak tertutup kain. Akhirnya, teman saya ini mengambil
sebungkus nasi dari warung STMJ itu dan lari mengejar orang gila ini, dan
memberikan sebungkus nasi itu. Tak sepatah kata pun diucapkan oleh orang gila
ini, tetapi teman saya ini sudah hafal. Dia tidak butuh suwun apalagi
pujian, dari siapa pun.
Ia
kembali ke warung dan STMJ pun siap diangkut. Ia bayar 2 bungkus STMJ dan 1
bungkus nasi sadukan yang
seharga 9000-an itu. Ia pun pulang.
Singkat
cerita, keesokan harinya beberapa menit sebelum saya datang ke rumahnya dan
bercerita tentang kisahnya ini, ia mendapatkan kiriman US$940
dari rekanannya. Anehnya lagi, ia bercerita, ia tidak pernah merasa
mengirimkan tagihan apa pun atau mengerjakan apa pun. Karena teman saya ini
sangat berhati-hati dengan yang namanya uang, ia pun menanyakan langsung kepada
rekanannya ini soal US$940 yang ia terima dan menjelaskan bahwa tidak
merasa pernah mengerjakan proyek atau garapan yang senilai itu. Rekanannya pun
ngotot bahwa itu uang teman itu. Teman saya pun ingin mengembalikannya,
tetapi lagi-lagi ditolak rekanannya itu. Nah, aneh kan?
Itulah
harga yang didapat dari nasi sadukan seharga
Rp9000. Langit menggantinya dengan US$940 cash tanpa ba bi bu. Semoga keberuntungan
selalu menyertai kita. Amin.
Sumber: blog Ahnan Alex
0 komentar:
Posting Komentar